Jan 29, 2016

Ceramah Singkat | Beginilah Mereka Berbakti

[1/1, 16:34] ‪+62 896-2019-1683‬: 🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 21 Rabi'ul Awwal 1437 H / 01 Januari 2016 M
📝 Materi Tematik
👤 Ustadz 'Abdullāh Zaen, MA
🔊 Ceramah Singkat | Beginilah Mereka Berbakti
⬇️ Download Audio: https://goo.gl/zFLkQ7

Sumber:
http://yufid.tv/2904-beginilah-mereka-berbakti.html
➖➖➖➖➖➖➖

BEGINILAH MEREKA BERBAKTI (BAGIAN 1 DARI 3)

الحمدلله ربّ العالمين
والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، أم بعد

Sebuah kisah tentang seorang yang bernama Khālid bin Yahya Al Burmuki.

Diceritakan oleh Imam Ibnu Qutaibah dalam 'Uyūnul Akhbār bahwa di zaman Khalid bin Yahya Al Burmuki, penguasanya saat itu sangat memusuhi orang-orang Burmuk (orang-orang yang berasal dari daerahnya Khalid bin Yahya)

Penguasa yang lalim tersebut, mereka membunuhi orang-orang yang berasal dari Burmuk dan merampas harta mereka.

Adapun yang selamat maka dipenjarakan.

Diantara yang dijebloskan ke dalam penjara adalah Khālid bin Yahya dan juga bapaknya yaitu Yahya.

Keduanya dimasukan ke dalam penjara yang gelap, dingin dan pengap sebagai bentuk penyiksaan terhadap mereka berdua.

⇒ Kebetulan bapaknya (yaitu Yahya) adalah seorang yang rajin beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla; rajin untuk menunaikan shalat, puasa dan sekian ibadah-ibadah yang lainya.

Karena dia adalah orang yang rajin shalat (termasuk bangun malam), maka tentunya dia membutuhkan air untuk berwudhū'

Padahal yang tersedia di dalam penjara hanyalah seember air yang begitu dingin sedangkan bapaknya adalah seorang yang sudah lanjut usia, sehingga manakala dia menyentuh air yang dingin itu bisa jadi dia akan jatuh sakit.

Maka Khālid pun berpikir; bagaimana caranya supaya saya bisa membuat air yang dingin ini menjadi hangat?

Ketika bapaknya sudah tidur di malam hari, Khālid memeras otaknya.

Kemudian dia berbaring sambil berpikir mencari ide bagaimana caranya supaya air yang ada di dalam ember ini menjadi air yang hangat.

Ketika dia sedang berbaring, dia melihat ke langit-langit penjara, ternyata di situ ada penerangan (lampu).

Kata dia: "Nah, ini idenya !"

⇒ Bagaimana caranya supaya cahaya lampu dan hawa hangat yang ada di langit-langit bisa berpindah ke ember ini.

Setelah bapaknya tidur terlelap, maka Khālid pun mengambil ember tadi, kemudian dia dekatkan ember tersebut dengan tangan kanannya, dia dekatkan menuju ke lampu tadi.

Berapa menit kira-kira?

Ember, bukan gelas (dan) bukan pula mangkok, tapi ember yang berat diangkat dengan tangan kanannya, semenit, dua menit paling lima menit tangannya sudah kesemutan.

Akhirnya diganti ke tangan yang kiri, dia angkat dengan tangan kirinya.

Kemudian setelah capek dia angkat lagi diganti dengan tangan kanannya, begitu dia ganti tangan kanan ke kiri, kanan ke kiri sampai ayam jantan berkokok.

Ketika ayam jantan berkokok dia bangunkan bapaknya.

"Pak, silahkan air hangat sudah siap."

Bapaknya tidak tahu bahwa air hangat yang ada dihadapan dia merupakan hasil kerja Khālid semalam suntuk.

Malam kedua, Khālid melakukan hal yang serupa dan malam ketiga pun melakukan hal yang serupa.

Sampai ketahuan oleh penjaga-penjaga, dan itu dianggap sebuah pelanggaran.

Apa hukumannya?

Hukuman nya lampu tadi dicabut.

Khālid tambah binggung:

"Bagaimana caranya supaya saya bisa menghangatkan air ini, padahal saya ingin berbakti kepada bapak saya."

Yang dilakukan Khalid ketika bapaknya sudah terlelap tidur (adalah) dia berpikir lagi memeras otaknya mencari cara bagaimana caranya supaya air ini menjadi hangat.

Sampai terbetiklah sebuah ide yang barangkali menurut sebagian orang ide ini adalah ide gila.

Apa ide tersebut?

Dia pikir yang namanya tubuh kita (manusia) memiliki hawa hangat, bagaimana caranya supaya hawa hangat yang ada di dalam tubuh kita ini bisa dipindahkan ke air yang ada didalam ember tadi.

Dia berpikir....

"Oh, ada caranya !"

Ketika bapaknya sudah tertidur lelap, Khālid melepas kaosnya kemudian merunduk, perutnya ditempelkan ke air yang ada di dalam ember tadi, dengan harapan hawa hangat yang ada di dalam tubuhnya bisa ditransfer (berpindah) ke dalam air.

Sedikit demi sedikit hawa hangat yang ada di dalam tubuhnya diserap oleh air dingin itu dan Khalid mengigil kedinginan karena hawa hangat yang ada didalam tubuhnya diserap masuk habis ke dalam air tadi.

Semalam suntuk dia merunduk kedinginan, sampai adzan subuh dikumandangkan.

Ketika adzan subuh dikumandangkan, air sudah agak hangat (kemudian) dia bangunkan sang ayah dan berkata:

"Silahkan Bapak, air hangat sudah siap."

Siapa kiranya, diantara anak-anak di zaman kita ini yang berbakti kepada orang tuanya sedemikian rupa?

Apa yang diharapkan oleh Khalid dari bapaknya?

Apakah dia melakukan itu semua untuk mendapatkan harta warisan orang tuanya?

Ataukah dia punya keinginan duniawi yang lain?

Apa yang bisa diwariskan oleh bapaknya yang sangat miskin tadi?

Dia melakukan itu semua karena dia meyakini betul bahwa keridhan orang tua adalah merupakan kunci dari keridhaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sebaliknya kemurkaan orangtua merupakan penyebab utama kemurkaan nya Allāh Aza wa Jalla.

رضاء الله في رضاء الوالدين وسخط الله في سخط الوالدين

"Keridhaan Allāh itu tergantung kepada keridhaan orang tua dan kemurkaan Allāh itu tergantung kepada kemurkaan orang tua."

(HR At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim, dari shahābat Abdullāh bin Amr bin Al 'Ash)

Beginilah para ulama kita memberikan contoh untuk berbakti kepada orang tua.

___________________________
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website: 
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page: 
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel:
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel:

http://BimbinganIslam.tv
--------------------------------------------------

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 21 Rabi'ul Awwal 1437 H / 01 Januari 2016 M
📝 Materi Tematik
👤 Ustadz 'Abdullāh Zaen, MA
🔊 Ceramah Singkat | Beginilah Mereka Berbakti
⬇️ Download Audio: https://goo.gl/zFLkQ7

Sumber:
http://yufid.tv/2904-beginilah-mereka-berbakti.html
➖➖➖➖➖➖➖

BEGINILAH MEREKA BERBAKTI (BAGIAN 2 DARI 3)

Kisah yang lainnya yaitu Ibnu Mas'ūd Radhiyallāhu 'anhu, salah seorang shahābat Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Diceritakan bahwa andaikan malam telah tiba, ketika ibunya beristirahat maka Ibnu Mas'ūd pun duduk dan berbaring disamping ibunya.

Dengan tujuan apa?

Dengan tujuan, manakala ibunya membutuhkan sesuatu maka Ibnu Mas'ūd pun siap untuk memenuhi permintaan ibunya.

Begitulah Ibnu Mas'ūd setiap malamnya tidur disamping ibunya demi untuk berbakti dan membantu apapun yang di inginkan oleh sang Ibu.

Diceritakan suatu malam...

Ibnu Mas'ūd dibangunkan oleh ibunya dan berkata:

"Ibnu Mas'ūd, saya haus, tolong carikan air."

Maka Ibnu Mas'ūd pun mencari air di rumahnya, ternyata tidak ada.

Akhirnya dia membawa ceret dan keluar dari rumahnya (untuk) mencari air.

Sekembalinya mencari air ternyata ibunya sudah tertidur karena mungkin Ibnu Mas'ūd agak lama mencari airnya.

Maka dilematis saat itu, apakah dia akan bangunkan ibunya? Ataukah dia akan biarkan?

Kalau dibangunkan Ibnu Mas'ūd khawatir bila nanti ibunya akan terganggu tidurnya. Tapi kalau tidak dibangunkan, nanti malam (saat) ibunya kehausan terus bagaimana dia mencari Ibnu Mas'ūd dalam keadaan sudah tertidur?

Dia khawatir ibunya tidak tahu kalau Ibnu Mas'ud sudah datang karena suasananya gelap.

Akhirnya dia mencari jalan tengah, apa yang dilakukan oleh Ibnu Mas'ud?

Dia berdiri di samping ibunya sambil membawa ceret, menunggu ibunya sampai dia bangun karena khawatir malam-malam ibunya bangun.

Dia berdiri terus karena capek, kadang-kadang dia duduk. Ketika duduk dan datang rasa kantuk maka dia berdiri lagi untuk menghilangkan rasa kantuk.

Ketika capek lalu dia duduk, begitu duduk lalu berdiri lalu duduk lagi berdiri lagi. Dan ternyata semalaman ibunya tidak bangun.

Ketika shubuh, Ibnu Mas'ūd menyerahkan air itu kepada ibunya untuk diminum oleh ibunya.

Luar biasa bukan ?!

Ibnu Mas'ūd telah mempraktekan nasehat yang disampaikan oleh Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam, (yaitu) ketika salah seorang dari shahābat bertanya kepada Beliau,

"Wahai Rasūl, siapakah manusia yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik? Untuk saya muamalahi dengan baik, siapakah orang yang paling berhak tersebut?"

Kata Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam: "Ibumu."

Kemudian siapa lagi wahai Rasūl?"

Nabi mengulangi kedua: "Ibumu."

Kemudian siapa lagi wahai Rasūl?"

Nabi mengulangi ketiga kalinya, "Ibumu."

Tiga kali disebutkan ibunya, kemudian setelah (itu) keempatnya Nabi mengatakan: "Bapakmu."

(HR Bukhāri no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Hadits ini sering kita dengar tapi belum tentu kita sudah mempraktekannya.

Hadits ini tidak sedang menjelaskan bahwa kita itu tidak boleh bergaul dengan baik (kepada) selain orang tua, bukan!

Tapi yang jadi pertanyaan adalah:

"Siapakah dari sekian banyak manusia yang ada di muka bumi, yang paling berhak untuk kita pergauli dengan baik?"

Jawabannya adalah ibu kita, kemudian baru bapak kita.

Nah, sekarang sudahkah kita menjadikan orang tua kita sebagai prioritas kita yang paling tinggi untuk kita pergauli dengan baik?

Jawabannya, banyak diantara kita yang cara bergaulnya kepada kolega bisnisnya atau bosnya atau (maaf) pacarnya atau tetangganya atau teman akrabnya, lebih baik daripada cara bergaul dia kepada orang tuanya.

Apakah dia sudah mempraktekan hadits Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam tadi?

Kenapa dia bisa bermuka senyum, bermuka manis, berkata lembut kepada kolega bisnisnya?

Sedangkan ketika bertemu dengan orangtuanya dia bermuka masam, membentak orang tuanya.

Seakan-akan (maaf) seperti membentak seekor binatang yang hina.

Apakah itu praktek dari hadits Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam?

__________________________
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website: 
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page: 
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel:
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel:
http://BimbinganIslam.tv
--------------------------------------------------

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 21 Rabi'ul Awwal 1437 H / 01 Januari 2016 M
📝 Materi Tematik
👤 Ustadz 'Abdullāh Zaen, MA
🔊 Ceramah Singkat | Beginilah Mereka Berbakti
⬇️ Download Audio: https://goo.gl/zFLkQ7

Sumber:
http://yufid.tv/2904-beginilah-mereka-berbakti.html
➖➖➖➖➖➖➖

BEGINILAH MEREKA BERBAKTI (BAGIAN 3 DARI 3)

Kisah yang ketiga tentang seorang ulama yang bernama Haywah bin Suraih

Diceritakan bahwa Haywah adalah seorang ulama besar di zamannya.

Dia memiliki seorang ibu yang sudah renta dan sangat disayangkan ibunya agak kurang sehat akalnya (kurang waras).

Seperti biasa Haywah memberikan pengajian di depan jamaahnya di masjid yang dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan jamaah.

Ketika beliau sedang menyampaikan pengajian tadi, tiba-tiba sang ibu pergi ke masjid kemudian membuka jendela masjid, dari jendela itu ibunya melongok kemudian dia memanggil-manggil anaknya:

"Haywah... Haiywah....!"

Jamaah pada kaget:

"Siapa (wanita) ini (yang) memanggil gurunya dengan namanya sendiri?"

⇒ Biasanya orang kalau memanggil gurunya dengan ustadz, syaikh, tuan guru (di daerah Lombok), kyai (di Jawa).

Kira-kira apa yang Anda pikirkan? Apa yang di inginkan sang ibu?

(Seseorang) sedang mengisi pengajian besar kemudian di panggil-panggil. Meskinya ada sesuatu yang besar (misal rumahnya kecolongan, kebakaran, dll).

Ternyata apa?

Wanita itu berkata:

"Haywah, itu ayam-ayam di rumah belum kamu kasih makan, kenapa tidak kamu kasih makan dulu?! "

Subhanallāh.....

Lagi tengah-tengah mengisi pengajian besar tahu-tahu dipanggil oleh ibunya yang kurang sehat Untuk memberi makan anak ayam yang ada dirumahnya.

Lalu Apa yang dilakukan Haywah? Apa dia merasa malu?

"Wah, masa seorang kyai ditengah-tengah pengajian nya diputus hanya untuk ngasih makan ayam?"

Lalu Haywah memandang kepada jama'ahnya dia sapu jama'ahnya tersebut, kemudian dia berkata:

"Wahai para jama'ahku, saya mengajar kalian hukumnya sunnah, adapun saya berbakti kepada ibu saya hukumnya wajib, maka maaf saya mau melakukan yang wajib dulu."

Kemudian ditutup kitabnya dan dia keluar menggandeng tangan ibunya dengan penuh tunduk.

Lalu dia kasih ayam itu makan. Setelah selesai memberi makan ayam, dia kembali ke masjid untuk memulai pelajarannya lagi.

Haywah mempraktekan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ

"Dan merendahlah diri kalian dihadapan orang tua kalian karena kasih sayang."
(QS Al Isrā: 24)

Banyak diantara kita tidak merendahkan dirinya di hadapan orangtuanya.

Merasa sarjana sedangkan ibunya tamat SD saja tidak...

Merasa dia sudah menjadi pejabat sedangkan ibunya adalah orang yang biasa...

Merasa bahwa dirinya telah memiliki kedudukan yang tinggi sedangkan ibunya adalah manusia yang biasa-biasa saja...

Kemudian dia merasa lebih tinggi dari ibunya, merasa ini dan itu, bahkan merasa malu untuk berjalan beserta ibunya.

Apakah ini praktek dari berbakti kepada orang tua?

Kita masih perlu untuk terus menggali kisah-kisah para ulama kita, dalam berbakti kepada orang tua, agar kita bisa meneladani mereka.

Beginilah mereka berbakti kepada orang tua...

Semoga kita bisa mempraktekan ini semua dalam kehidupan kita.

والله تعالى أعلى و أعلم
وصلى الله على نبينا محمد و على آله وصحبه أجمعين
__________________________
📦 Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

🌐 Website: 
http://www.bimbinganislam.com
👥 Facebook Page: 
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
📣 Telegram Channel:
http://goo.gl/4n0rNp
📺 TV Channel:
http://BimbinganIslam.tv

No comments:

Post a Comment