May 20, 2016

40 Hari Sholat Berjamaah

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الْأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنْ النِّفَاقِ

Anas bin Malik berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Barangsiapa shalat berjama'ah selama empat puluh hari dengan mendapatkan takbir pertama ikhlas karena Allah, maka akan dicatat baginya terbebas dari dua hal; terbebas dari api neraka dan terbebas dari sifat munafik."

(Sunan At Tirmidzi 241,
berderajat hasan اِنْ شَآ ءَ اللّهُ )

May 14, 2016

Adab Buang Hadats Besar dan Kecil

🔖 ADAB/AKHLAQ

📜 *ADAB-ADAB BUANG HAJAT*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة و السلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين, أما بعد:

📢 Saudara dan Saudariku yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

1➡ Disunnahkan bagi orang yang hendak memasuki al-khalaa’ (kamar kecil/WC) agar membaca:

بِسْمِ اللهِ، اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ.

“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syaitan laki-laki dan syaitan perempuan.”

⇨ Do’a ini berdasarkan hadits ‘Ali Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

سِتْرٌ مَا بَيْنَ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْخَلاَءَ أَنْ يَقُوْلَ: بِسْمِ اللهِ.

“Penghalang antara jin dan aurat anak Adam jika salah seorang dari kalian memasuki al khalaa’ adalah ia mengucapkan, “Bismillah”.”[Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 3611)]

⇨ Juga hadits Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ قَالَ: اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ.

“Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak masuk ke kamar kecil, beliau mengucapkan, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syaitan laki-laki dan syaitan perempuan”. [Muttafaq ‘alaihi: Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/242 no. 142)]

2➡ Disunnahkan jika keluar darinya mengucapkan:

غُفْرَانَكَ.

“(Ya Allah, aku mengharap) ampunan-Mu.”

⇨ Berdasarkan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ مِنَ الْخَلاَءِ قَالَ: غُفْرَانَكَ.

“Jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari kamar kecil, beliau mengucapkan, ‘(Ya Allah, aku mengharap) ampunan-Mu’.” [Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 4714)]

3➡ Disunnahkan mendahulukan kaki kiri ketika masuk, dan kaki kanan ketika keluar.

⇨ Karena adanya sunnah yang memerintah agar mendahulukan yang kanan untuk hal mulia, dan mendahulukan yang kiri untuk hal yang tidak mulia. Banyak riwayat yang menunjukkan hal tersebut secara global. [As-Sailul Jarraar (I/64)]

4➡ Jika di tempat terbuka, maka disunnahkan menjauh hingga tidak terlihat.

⇨ Dari Jabir Radhiyallahu anhu, dia berkata: “Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu perjalanan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak buang hajat di lapangan terbuka melainkan bersembunyi hingga tidak terlihat.” [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 268)]

5➡ Disunnahkan tidak mengangkat pakaian kecuali setelah dekat dengan tanah.

⇨ Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma : “Jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak buang hajat, beliau tidak mengangkat pakaiannya kecuali setelah dekat dengan tanah.” [Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 4652)]

6➡ Tidak boleh menghadap dan membelakangi kiblat, baik di lapangan terbuka maupun dalam bangunan.

⇨ Dari Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Jika kalian hendak buang hajat, janganlah menghadap dan membelakangi kiblat. Tapi, menghadaplah ke timur atau ke barat.” [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 109)]

⇨ Abu Ayyub berkata, “Kami datang ke Syam, kami dapati banyak WC yang dibangun menghadap Kiblat. Kami pun miring darinya dan beristighfar kepada Allah Ta’ala.” [Muttafaq ‘alaihi: Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/498 no. 394)]

7➡ Dilarang buang hajat di jalan yang dilalui manusia dan tempat berteduh mereka.

⇨ Dari Abu Hurairah Raddhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jauhilah dua perkara yang mengundang laknat. Mereka bertanya, ‘Apakah dua perkara yang mengundang laknat itu, ya Rasulullah?.’” Beliau berkata, “Orang yang buang hajat di jalan orang-orang atau di tempat berteduh mereka.” [Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 110)]

8➡ Dimakruhkan jika seseorang kencing di tempat mandinya.

⇨ Dari Humaid al-Himyari, dia berkata, “Aku menjumpai seorang yang telah menyertai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana Abu Hurairah menyertai beliau. Dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang salah seorang dari kami bersisir setiap hari dan kencing di tempat mandinya.” [Shahiih Sunan an-Nasa-i (no. 232)]

9➡ Dilarang kencing di air yang tidak mengalir.

⇨ Dari Jabir Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Beliau melarang kencing di air yang menggenang.” [Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 6814)]

10➡ Diperbolehkan kencing sambil berdiri, tapi duduk (jongkok) lebih utama.

⇨ Dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu : “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di tempat pembuangan sampah sebuah kaum lalu kencing sambil berdiri, dan aku pun menjauh. Beliau lantas berkata, ‘Mendekatlah.’ Lalu aku mendekat hingga aku berdiri dekat kaki beliau. Beliau kemudian berwudhu dan membasuh bagian atas kedua khuf (sepatu panjang) beliau.” [Shahiih Muslim (I/228 no. 273)]

⇨ Kita katakan bahwa duduk lebih utama karena begitulah kebanyakan perbuatan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sampai-sampai ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata: “Barangsiapa mengatakan kepada kalian bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kencing sambil berdiri, maka janganlah kalian mempercayainya. Beliau tidak pernah kencing melainkan dengan duduk.” [Shahiih Sunan an-Nasa-i (no. 29)]

⇨ Perkataan ‘Aisyah tidak menafikan apa yang dibawakan oleh Khudzaifah. Karena ‘Aisyah hanya mengabarkan apa yang dia lihat. Dan Khudzaifah juga mengabarkan apa yang dia lihat. Sebagaimana diketahui (dalam kaidah) bahwa yang menetapkan lebih diutamakan daripada yang menafikan. Karena pada yang menetapkan itu terdapat ilmu yang lebih.

11➡ Diwajibkan bersuci dari kencing.

⇨ Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melalui dua kubur, lalu bersabda: “Sesungguhnya mereka berdua diadzab. Mereka tidak diadzab karena dosa besar. Salah seorang di antara mereka diadzab karena tidak bersuci dari kencingnya. Sedang yang lain karena suka menggunjing di antara manusia.” [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/317 no. 216)]

12➡ Tidak boleh menyentuh kemaluan dengan tangan kanan ketika kencing. Dan tidak menggunakannya saat bercebok dengan air.

⇨ Dari Abu Qatadah Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian kencing, janganlah ia menyentuh kemaluannya dengan tangan kanannya. Dan jangan pula ia cebok dengan tangan kanannya.” [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 250)]

13➡ Diperbolehkan bersuci dengan air, dan batu, atau yang serupa dengan batu, namun air lebih utama.

⇨ Dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasuki WC. Lalu aku dan anak lain yang seusia denganku membawakan beliau setimba air dan sebuah tombak kecil. Beliau lantas bersuci dengan air.” [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/252 no. 152)]

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian hendak buang hajat, maka hendaklah membawa tiga buah batu. Dan hendaklah ia bersuci dengannya, karena itu mencukupinya.” [Shahiih Sunan an-Nasa-i (no. 43)]

14➡ Tidak boleh menggunakan kurang dari tiga batu.

⇨ Dari Salman al-Farisi Radhiyallahu anhu, dikatakan kepadanya, “Nabi kalian telah mengajari kalian segala hal hingga masalah buang air besar?” Dia menjawab: “Benar. Beliau melarang kami menghadap kiblat ketika kencing atau buang hajat, bersuci dengan tangan kanan, bersuci dengan kurang dari tiga buah batu, dan bersuci dengan kotoran atau tulang.” [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 255)]

15➡ Tidak boleh bersuci dengan tulang atau kotoran.

⇨ Dari Jabir Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bersuci dengan tulang atau kotoran.” [Shahiih al-Jaami’ush Shaghiir (no. 6827)]

👆 Ya Allah teguhkanlah kami di atas iman dan amal shalih, hidupkan kami dengan kehidupan yang baik dan sertakan diri kami bersama golongan orang-orang yang Beriman.

والله أعلم… وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

          •••═════◎•◎✿۩❁۩✿◎•◎═════•••

✍ _Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi_
🔁 Repost by : ADMIN Grup Dakwah Permata Sunah

♻ Silahkan disebar kiriman ini, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah serta memudahkan jalan kita semua menuju Surga… Aamiin, Jazakumullahu Khairan.

📂 Mau Dapat Ilmu ? Mari bergabung bersama Permata Sunnah di :
◎ WhatsApp : 085255343898 (Wanita) - 082293083907 (Pria)
◎ Gabung di Telegram : https://goo.gl/bEkgn9
◎ Fans Page (FB) : https://m.facebook.com/Permata-Sunnah-Sidrap-484287438400133/
◎ Blog : artikel-permatasunnah.blogspot.com

May 7, 2016

Peristiwa Isra' Mi'raj

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 29 Rajab 1437 H / 06 Mei 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📔 Materi Tematik | Isra' Mi'raj (Bagian 1)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-UFA-Isra-Miraj-1
-----------------------------------

ISRA' MI'RAJ (BAGIAN 1)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Kaum muslimin yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Al Isra' dan Mi'raj adalah peristiwa besar, mu'jizat yang dialami Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagai bukti bahwa Beliau adalah seorang utusan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Al Isra' wal Mi'raj adalah gabungan dari 2 kata:

Pertama Al Isra', dalam bahasa arab artinya adalah perjalanan di malam hari.

Maksudnya adalah Allāh memperjalankan Nabi-Nya di malam hari dari Masjidil  Haram ke Masjidil Aqsha yang Allāh sebutkan dalam Al Qur'an:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

"Maha suci Allāh yang telah memperjalankan hamba-Nya di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang Allāh berkahi di sekitarnya agar Kami menampakkkan baginya tanda-tanda kebesaran Kami."

(QS Al Isrā': 1)

Kedua, adapun Al Mi'raj dalam bahasa arab artinya adalah naik, yaitu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diangkat oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha di atas langit yang ke-7.

Inipun telah disinggung Allāh dalam Al Qur'an  dalam surat An Najm:

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (١٣) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (١٤)

"Dan sungguh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya (yang memiliki 600 sayap dan kalau sayapnya dibuka akan menutup cakrawala) kedua kalinya tatkala di Sidratil Muntaha."

(QS An Najm: 13-14)

Ini adalah dalil bahwa isra' mi'jraj adalah perkara yang mendasar bagi kaum muslimin, karena tersebutkan dalam Al Quran. Apalagi dalam hadits Nabi banyak yang menyebutkan tentang kisah isra' dan mi'raj ini.

Ada beberapa perkara yang ingin kita sampaikan.

▪Yang pertama yaitu kapan terjadinya Al Isra' dan Mi'raj.

Tidak ada dalil yang tegas yang menyebutkan kapan terjadinya. Adapaun dalil yang datang tentang kapan terjadinya dan kapan bulannya semuanya adalah hadits dengan riwayat yang lemah, riwayatnya terputus.

Oleh karenanya Syaikhul Islam  Ibnu Taimiyyah berkata:

لم يقم دليل معلوم [[على ليلة الإسراء]] لا على شهرها ولا على عشرها ولا على عينها، بل النقول في ذلك منقطعة مختلفة ليس فيها ما يقطع به، ولا شرع للمسلمين تخصيص الليلة التي يظن أنها ليلة الإسراء بقيام ولا غيره

"Tidak ada dalil yang jelas yang menunjukkan kapan terjadinya [[malam lailatil Isra' dan Mi'raj]], tidak disebutkan juga kapan bulannya dan kapan harinya.

Adapun nukilan-nukilan yang menyebutkan tentang kapannya tersebut adalah terputus (sanadnya), terjadi perselisihan dan tidak ada dalil yang  bisa kita pastikan.

Dan demikian juga karenanya tidak disyari'atkan bagi kaum muslimin untuk mengkhususkan suatu malam yang disangka sebagai malam Isra' Mi'raj untuk melaksanakan shalat malam atau amalan tertentu."

(Za’adul Ma’ad/1/57-58).

Hal ini  dinukilkan juga oleh Al Qasthalani ( Syaikhul Islam menukil juga dari Syaikh Abu Umamah), beliau berkata:

وأما ليلة الإسراء فلم يأت في أرجحية العمل فيها حديث صحيح ولا ضعيف

"Adapun malam Isra', tidak ada dalil yang menunjukkan untuk beramal khusus pada malam tersebut, baik hadits yang shahih maupun hadits yang dhaif."

(Al Mawāhib Al Ladunniyah bil Minah Al Muhammadiyyah, juz 3 halaman 14)

Perhatikan di sini!

Oleh karenanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak menjelaskan kepada para shahabat kapan terjadinya.

Logikanya, kalau memang ada amalan khsusus, ada perayaan khsusus, ada ibadah khusus ada shalat malam khusus atau ada wirid khusus  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pasti akan menjelaskan kepada shahabat tentang keutamaan malam tersebut karena di balik penentuan malam tersebut ada ibadah.

Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak menjelaskan kapan malam  tersebut maka kita pahami bahwasanya di balik malam tersebut tidak ada ibadah khusus, sehingga Nabi tidak menjelaskan kepada para shahabat.

Bahkan tidak seorangpun dari shahabat yang menjelaskan kapan malam tersebut.

Tidak ada sanad yang shahih dari seorangpun shahabat, padahal jumlah shahabat begitu banyak, ribuan shahabat. Tidak seorangpun dari mereka menyebutkan kapan terjadinya malan Isra' dan Mi'raj.

Dan sampai sekarang tidak ada dalil shahih, bahkan sampai hari kiamat tidak ada dalil yang shahih yang menunjukkan kapan terjadinya Isra' dan Mi'raj.

Barang siapa yang mengatakan bahwasanya terjadinya pada hari ini. pada bulan ini maka itu hanya mengatakan dari kantong (pendapat) dia sendiri saja, bukan dari dalil.

Mungkin ada perkara yang menurut dia ada yang mengatakannya kemudian menganggap sebagai dalil, namun sebenarnya tidak ada dalilnya.

Oleh karenanya, pendapat tentang kapan terjadinya Isra' saling bertabrakan (kontradiksi)'."

Oleh karenanya ikhwān dan akhwāt  yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Ini adalah dalil bahwasanya Isra' dan Mi'raj tidak diketahui kapannya dan tidak amal khusus yang bisa dilaksanakan pada malam tersebut.

والله تعالى  أعلم بالصواب

_____________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 30 Rajab 1437 H / 07 Mei 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📔 Materi Tematik | Isra' Mi'raj (Bagian 2)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-UFA-Isra-Miraj-2
-----------------------------------

ISRA' MI'RAJ (BAGIAN 2)

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Al isra' wal Mi'raj kejadiannya dijelaskan oleh para ulama ahli sejarah adalah setelah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengalami berbagai macam kesedihan, yaitu:

- Setelah wafat istrinya, Khadijah radhiyalllāhu 'anhā.
- Setelah wafat pamannya yang dia cintai, Abu Thalib.
- Kemudian, setelah beliau dakwah di Tha'if kemudian diusir dan dilempar dengan batu sehingga berlumuran darah.
- Tatkala shahabat-shahabatnya harus hijrah ke negeri Habasyah kerena mereka disiksa dan diintimidasi oleh orang-orang kafir Quraisy.

Isra' mi'raj kata para ulama terjadi tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berada dipuncak kesedihan.

Dan ini sebagai tashliyah (hiburan) kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam   bahwasanya Rabbnya tidak akan meninggalkannya dan Rabbnya akan menguatkannya.

Oleh karenanya, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diangkat oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla  menuju Sidratil Muntaha untuk bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla tanpa melalui perantara malaikat Jibril.

Yang biasanya Allāh memberi wahyu melalui malaikat Jibril, tapi kali ini Allāh langsung berbicara dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

▪Diantara perkara yang sangat menakjubkan adalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berangkat dengan kendaraan Burāq.

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih, Al Burāq yaitu dābbah (hewan tunggangan) yang berwarna putih dan ukurannya di bawah bighal namun lebih tinggi daripada khimar.

~~~~~~~~~
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ

"Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal."

(Lihat HR Imam Muslim nomor 234, versi Syarh Muslim nomor 162)
~~~~~~~~~

Bighal adalah hasil persilangan antara kuda dan khimar. Ini adalah riwayat  yang datang tentang Al Burāq.

Adapun yang digambarkan oleh sebagian orang bahwa Burāq berwajah manusia atau berwajah wanita cantik dan yang lainnya, maka ini tidak benar. Seandainya ini benar tentunya akan datang dalam riwayat-riwayat yang shahih. Karena jika seperti itu (bentuk Burāq adalah hewan dengan kepala manusia) maka ini adalah mu'jizat tersendiri. Namun tidak disebutkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Burāq ini langkahnya begitu cepat dan langkah kakinya sejauh mata memandang, berapa jarak  sejauh mata memandang itulah langkah kakinya.

Sehingga hal ini menjadikan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bisa cepat berangkat dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha, dalam waktu yang sangat singkat, Subhānallāh.

Allāh mentakdirkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak langsung diangkat dari dari masjidil Haram ke Sidratil Muntaha, padahal tujunnya ke sana. Tetapi Allāh Subhānahu wa Ta'āla membelokkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam terlebih dahulu ke Baitul Maqdis (masjidil Aqsa) baru kemudian diangkat ke Sidratil Muntaha, ke atas langit yang ke-7.

Kata para ulama, ada hikmah yang diinginkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, diantaranya adalah:

*Pertama*: untuk menunjukkan bahwasanya masjidil Aqsha adalah masjid yang mulia.

Dan benar, bahwasanya 3 masjid yang kita dibolehkan unutk safar dalam rangka untuk mencari keberkahan tempat adalah 3 masjid tersebut dan semuanya dibangun oleh para nabi.

Masjidil Haram dibangun oleh Nabi Ibrahim 'alayhi sallam, masjid Nabawi dibangun oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan masjd Aqsha dibangun oleh nabi Sulaiman atau nabi Dawud 'alayhima sallam.

Dan shalat di masjidil Haram pahalanya 100 ribu kali lipat, di masjid Nabawi 1000 kali lipat  dan di masjidil Aqsha palahanya 500 kali lipat.

Oleh karenanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: مَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِيْ هَذَا، وَمَسْجِدِ اْلأَقْصَى.

“Tidak boleh mengadakan safar/perjalanan (dengan tujuan beribadah) kecuali ketiga masjid, yaitu: Masjidil Haram, dan Masjidku ini (Masjid Nabawi) serta Masjid al-Aqsha.” [7]

"Tidak boleh seseorang bersafar (berjalan jauh) dalam rangkah untuk mencari keberkahan tempat kecuali ke 3 masjid."

(HR Al-Bukhari nomor 1197, 1864, 1995, Muslim nomor 827 dan yang lainnya dari Sahabat Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu).

Tidak boleh seseorang, misalnya dari Jakarta kemudian ingin bersafar ke masjid Ampel di Surabaya dalam rangka mencari keberkahan di sana, ini tidak boleh, haram. Seakan-akan menjadikan saingan bagi 3 masjid yang dibangun oleh para nabi.

Tiga masjid tersebut spesial, boleh bersafar jauh dalam rangka mencari keberkahan di masjid tersebut.

Jadi, ini adalah penjelasan kenapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dimampirkan oleh Allāh ke masjidil Aqsha yaitu dalam rangka untuk menunjukkan keutamaan masjidil Aqsha.

*Kedua*: kata para ulama, Nabi dimampirkan ke masjidil Aqsha karena pasti akan timbul pengingkaran dari orang-orang kafir tentang kejadian isra' dan mi'raj, dan ini benar-benar terjadi.

Oleh karenanya, begitru Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam selesai pulang dari  perjalanannya dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha kemudian ke langit  yang ke-7, maka ditemui oleh orang-orang kafir.

Kejadian ini sangat spektakuler dijaman tesebut. Di jaman tersebut mungkin sepeda saja belum ditemukan, apalagi mobil, apalagi pesawat. Kemudian ada orang yang mengaku berjalan dari Mekah menuju Palestina dalam waktu kurang dari satu malam  dan sudah balik  lagi.

Ini adalah perkara yang sangat mustahil di jaman tesebut. Di jaman  sekarang saja aneh apa lagi jaman tersebut.

Oleh karenanya sampai-sampai ada kaum muslimin yang murtad tatkala itu karena tidak bisa menerima secara akal apa yang dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

(Al Mustadrak 3/62)

Demikan juga orang kafir, mereka menjadikan hal ini sebagai bahan olok-olok. Mereka berkumpul ada yang bertepuk tangan mendengar berita tersebut.  Mereka mentertawakan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Namun akhirnya Allāh menunjukkan akan kebenaran peristiwa tersebut, maka diantara orang kafir ada yang bertanya:

"Kalau memang benar engkau pergi ke masjidil Aqsha, tolong ceritakan sifat-sifat masjidil Aqsha."

Kita tahu bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pergi ke masjidil Aqsha bukan untuk jalan-jalan sehingga tidak memperhatikan berapa jumlah pintunya, berapa jumlah jendelanya. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam datang, shalat kemudian berangkat  ke langit  ke-7.

Akan tetapi kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla menampakkan masjidil Aqsha di hadapan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, kemudian menyebutkan sifat-sifat masjid tersebut  sebagaimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melihat langsung.

Sampai akhirnya orang kafir yang  pernah melihat masjidil Aqsha pun berkata:

"Adapun pensifatan Muhamad terhadap masjidil Aqsha adalah jujur dalam hal ini (telah benar)."

(Lihat HR Bukhari nomor 4341, versi Fathul Bari nomor 4710)

Sebagai bukti bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah ke masjidil Aqsha,  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah ke sana selama hidupnya kecuali pada saat tersebut.

والله تعال أعلمُ بالصواب
_____________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Ahad, 01 Sya'ban 1437 H / 08 Mei 2016 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📔 Materi Tematik | Isra' Mi'raj (Bagian 3)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-UFA-Isra-Miraj-3
-----------------------------------

ISRA' MI'RAJ (BAGIAN 3)

Ikhwān dan Akhwāt yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

▪Pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa al isra' dan al mir'aj adalah banyak, diantaranya:

⑴ Menunjukkan akan mu'jizat yang Allāh berikan kepada Nabi-Nya untuk memuliakan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Mu'jizat adalah suatu perkara yang di luar kebiasaan menusia. Kalau ada orang, misalnya orang kāfir mengingkari bagaimana Muhammad bisa pulang pergi di malam hari di zaman tersebut kurang dari satu malam, maka kita bilang itu karena kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Itulah yang namanya mu'jizat. Kalau harus masuk akal maka itu bukan mu'jizat.

Maka tidak perlu kita berusaha menjelaskan di zaman tersebut dengan mengatakan, "Mungkin saja..., mungkin saja..."

Itu tidak perlu. Kita bilang saja itu memang di luar nalar, itulah mu'jizat.

Sebagaimana  Nabi Īsā ''alayhissalām:

√ Bisa menyembuhkan (menghidupkan) orang mati.
√ Bisa menyembuhkan penyakit sopak.
√ Setelah mati bisa hidup lagi (sebagaimana keyakinan mereka) namun sebenarnya Nabi Īsā tidak pernah mati.
√ Bisa berbicara waktu masih kecil.

Ini semua di luar nalar, namanya mu'jizat, kalau masuk akal itu namanya bukan mu'jizat, semua orang juga bisa kalau begitu.

⑵ Kisah ini menunjukkan akan pentingnya ibadah shalāt.

Kenapa?

⇒ Karena untuk syari'at yang lain Allāh turunkan melalui malaikat Jibrīl.

⇒ Adapun wajibnya shalāt maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam langsung bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sampai sebagian shahābat menyangka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melihat Allāh.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ditanya:

"Apakah engkau melihat Rabbmu?"

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Ada cahaya yang menghalangi, bagaimana aku bisa melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla?"

Jadi, saking dekatnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan Allāh sampai-sampai sebagian orang menyangka Nabi melihat Allāh. Padahal tidak! ada cahaya yang menghalangi antara Nabi  shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah menjelaskan dalam hadīts dalam Shahīh Muslim:

تَعَلَّمُوْا أَنَّهُ لَنْ يَرَى أَحَدٌ مِنْكُمْ رَبَّهُ عَزَ وَ جَلَّ حَتَّى يَمُوْتَ

"Ketahuilah, kalian tidak akan bisa melihat Rabb kalian sampai kalian meninggal (baru bisa melihat Allāh Subhānahu wa Ta'āla)."

(HR Muslim nomor 2930, Mukhtashar Shahih Muslim nomor 2044, dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu 'anhumā)

Ini menunjukkan bahwa shalāt adalah rukun Islam yang sangat penting, sampai Allāh memberikan langsung kepada Nabi tanpa perantara.

Kemudian, kalau kita perhatikan, ternyata shalāt ini (rukun islam) diwajibkan tatkala Nabi masih di Mekkah.

Adapun zakat, puasa dan haji diwajibkan setelah Nabi di Madīnah tatkala kondisi Islam sudah menguat, keamanan sudah semakin stabil dan telah berdiri negara Islam.

Adapun ketika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam masih diusir oleh kaumnya, masih disiksa tapi sudah Allāh turunkan kewajiban shalāt.

Kenapa?

Karena shalāt merupakan kewajiban yang sangat penting, maka diwajibkan meskipun dalam fase Mekkah.

Perkara berikutnya yang nenunjukan pentingnya ibadah shalāt adalah :

Tatkala Allāh Subhānahu wa Ta'āla mewajibkan shalat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, awalnya diwajibkan 50 waktu dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menerima saja waktu itu.

Kemudian tatkala  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam turun ke langit yang ke-6 (ke bawah),  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertemu dengan Nabi Musa 'alayhi sallam dan Nabi Musa menasehati:

"Kaummu tidak akan mampu, karena setelah mencoba pada umatku mereka tidak mampu."

Maka, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam kemudian naik lagi dan bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla di langit ke-7.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam meminta keringanan, kemudian Allāh turunkan (kurangi). Kemudian Nabi Muhammad  shallallāhu 'alayhi wa sallam turun, kemudian Nabi Musa menasehati lagi untuk minta keringanan lagi.

Terus Nabi bolak-balik sampai akhirnya diringankan menjadi 5 waktu.

(HR Bukhari nomor 3598, versi Fatul Bari 3887)

Ini adalah diantara kebaikan Nabi Musa bahkan beliau perhatian dengan umat Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, sehingga akhirnya kita diwajibkan shalat 5 waktu dalam sehari semalam, padahal awalnya 50 waktu.

Para ulama menjelaskan, tatkala Allāh mewajibkan 50 waktu setiap sehari semalam, ini menunjukkan bahwa Allāh sangat cinta kepada ibadah shalāt.

Allāh ingin hamba-Nya selalu shalāt,

Kenapa?

Karena itu adalah ibadah yang sangat agung yang mendekatkan diri seseorang kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kata  Allāh dalam Al Qur'an:

وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ

"Sujud dan dekatlah."

(QS Al 'Alaq: 19)

Semakin banyak sujud maka semakin dekat kepada Allāh.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

إِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

"Tidaklah engkau sujud kepada Allāh satu sujud saja karena Allāh, kecuali akan Allāh angkat derajatmu dan Allāh akan menghilangkan dosa-dosamu."

(HR Muslim nomor 488)

Dalam hadīts Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ

"Seseorang sangat dekat dengan Rabbnya tatkala sedang sujud (tatkala sedang shalāt)."

(HR Muslim nomor 482)

Shalāt adalah ibadah yang sangat dicintai Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya, kita lihat ibadah yang paling banyak variasinya, yang paling banyak macam-macamnya adalah shalāt.

Kita perhatikan, shalāt fardhu 5 kali sehari semalam dan tidak ada ibadah yang berulang setiap hari semalam sebanyak 5 kali seperti shalāt.

Kemudian begitu banyak shalāt sunat yang disyari'atkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, shalāt rawatib, shalāt malam, kemudian shalāt taubat, shalāt dhuha, shalāt wudhu dan banyak sekali shalāt-shalāt yang diajarkan, kenapa?

Karena Allāh suka kalau hamba-Nya sering shalāt.

Oleh karenanya seseorang yang beriman dengan kejadian isra' dan mi'raj maka dia harus mengagungkan ibadah shalāt.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ

"Jadikanlah shalāt dan sabar sebagai penolong kalian."

(QS Al Baqarah: 45)

Dalam hadīts disebutkan:

كان إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى

"Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, kalau ada yang menggelisahkan (beliau) langsung shalāt."

(HR Abu Daud nomor 1124, versi Baitul Afkar Ad Dauliyah nomor 1319. HR Ahmad nomor 22210)

Kenapa?

Karena shalāt adalah sesuatu yang mententramkan hati seseorang, karena dia kontak langsung dengan Tuhannya yaitu Allāh Subhānahu wa Ta'āla, penciptanya yang memegang segala urusannya.

Oleh karenanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata kepada Bilāl:

يَا بِلَالُ, أَقِمِ الصَّلَاةَ ! أَرِحْنـــَا بِهَا

"Ya Bilāl, dirikanlah shalāt, istirahatkanlah kami dengan shalāt."

(HR Abu Daud nomor 4333, versi Baituk Afkar Ad Dauliyah nomor 4985)

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mendapati shalāt adalah tempat istirahat, shalāt adalah ketenangan.

Dalam riwayat yang lain kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

وَجُعِلَ قُرَّةٌ عَيْنِيْ فِيْ الصَّلَاةِ

"Dijadikan kesejukan pandanganku pada shalāt."

(HR Imam Ahmad nomor 11845)

Tidak seperti sebagian orang yang justru shalāt adalah beban, tidak. Justru Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan para shahabat menjadikan shalāt adalah sesuatu yang mengistirahatkan mereka, mententramkan hati mereka, kenapa?

Karena mereka kontak langsung dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya Ikhwān , nasehat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sebelum meninggal dunia adalah:

"Perhatikanlah shalāt, perhatikanlah shalāt."

~~~~~~~

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ فِي الْمَوْتِ الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ فَجَعَلَ يَتَكَلَّمُ بِهَا وَمَا يَفِيضُ

"Dari ummu Salamah, bahwa menjelang wafat, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Perhatikan shalat, perhatikan shalat, dan berbuat baiklah kepada budak-budak yang kalian miliki.' Beliau senantiasa mengucapkannya dan hampir saja (beliau) tidak bisa mengungkapkan."

(HR Imam Ahmad nomor 25502)
~~~~~~~

Dan terlalu banyak faedah serta dalil yang menunjukkan keutamaan shalāt.

Dan ingatlah, semakin banyak Anda sujud kepada Allāh maka kedudukan Anda akan semakin tinggi di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla, meskipun orang lain mungkin merendahkan Anda, mungkin menghinakan Anda.

Sebaliknya, mungkin Anda dimuliakan orang karena harta Anda, karena kedudukan Anda, karena nasab Anda, tapi kalau Anda jarang shalāt maka Anda rendah dan hina di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

والله تعال أعلمُ بالصواب
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Kumpulan Ceramah Ustad Abdullah Zaen

Yg mau mengenal Ustadz Abdullah Zaen:

بسم الله الر حمن الر حيم

Pelajaran untuk para Orang Tua tentang Pendidikan Anak
Ada 27 Kajian yang menarik dan sangat penting bagi pertumbuhan karakter anak

Disampaikan secara apik, lugas dan jelas dari sudut pandang agama dan psikologis

Sangat dianjurkan untuk para ortu yang baru pemula mempelajari agama Islam, karena beliau cara penyampaiannya santai dan mudah dipahami..

oleh : Ustadz Abdullah Zaen, MA.
.
01 - Adil Terhadap Semua Anak (40 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=XacZewBekuA
.
02 - Ajarkan Quran kepada Anak (50 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=WT_jxv9JFGk
.
03 - Ajarkan Bahasa Arab pada Anak (50 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=pduBAgqkohY
.
04 - Ajarkan Hadits pada Anak (48 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=t_8DKZl2pb0
.
05 - Anak adalah Amanah Allah (38 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=Ax1PiqTTCTk
.
06 - Anak adalah Anugrah dan Ujian (40 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=eLt9ZcHSnKU
.
07 - Anak dan Dasar Keilmuan (58 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=2Z3gBXxmpl4
.
08 - Anak dan Ilmu Dunia (46 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=rpujiGSIkAA
.
09 - Anak dan Kejujuran (55 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=7zHXLjXpE78
.
10 - Anak dan Kreatifitas (46 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=uTExETv9ygI
.
11 - Anak dan Membaca (52 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=Yqhke64Qay0
.
12 - Anak dan Menjaga Rahasia (53 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=jggYGPmi7-w
.
13 - Anak dan Lapang Dada (50 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=qJTwh6OqR6Y
.
14 - Anak dan Amanah (50 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=seYGNXN2xkU
.
15 - Berikan Bingkisan Hadiah (50 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=i0dvk6ov-to
.
16 - Berikan Sambutan Hangat (43 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=nqy6_epHKEQ
.
17 - Bermain dan Bercanda (50 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=V9TWLPDQ-Qc
.
18 - Hindari Mencela Anak (56 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=z5myM8VF2so
.
19 - Istimewakan setiap Anak (52 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=w50c_i7ESQM
.
20 - Jangan sampai Setan Menyentuh Anak (44 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=DJm3aDoNts8
.
21 - Kecupan Kasih Sayang (46 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=gTL44m7NSsU
.
22 - Permainan untuk Anak (51 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=ZRSJ1l6rcVY
.
23 - Manfaatkan Hari Istimewa (46 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=JsncHBfvMF8
.
24 - Keminderan Anak (48 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=scASE9bj0fA
.
25 - Menjaga Perasaan Anak (48 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=MnP5Xi_q3G4
.
26 - Anak Tidak Percaya Diri (43 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=_N5-216yU6c
.
27 - Rumah adalah Sekolah (34 Menit)
https://www.youtube.com/watch?v=87PMRXT6-mk

Mempertahankan dan Menambah Rezeki

Cara mempertahankan dan menambah rezeki

1. Syukur, alhamdulillah apapun sikapnya, bagaimanapun keadaannya, karena syukur menambah nikmat.

2. Infaq, semakin banyak yang keluar semakin banyak yg masuk.

3. Fokus kpd yg halal dan thoyyib (bekualitas), zuhud artinya mendahulukan akhirat daripada dunia.

4. Memperbanyak taubat (istighfar), karena yang menahan rezki adalah dosa.

5. Bertaqwa, jalankan perintah, jauhi larangan. Jalankan sunnah, tinggalkan yg haram dan makruh.

6. Tawakkal, menyerahkan hasil usaha kpd Allah.

7. Silaturahim, kerabat yang hubungan darah dengan kita.

8. Haji dan umrah, berkesinambungan akan menghilangkan kesusahan dan kemiskinan seperti api menghilangkan karat pada besi.

9. Hijrah, meninggalkan wilayah kafir ke wilayah Islam.
Al-Qur'an Surat Annisa ayat:100.

10. Do'a, sebelum usaha harus do'a.

11. Nikah, sumber salah satu datangnya rezki.

12. Ilmu, ilmu agama dan ilmu pengetahuan.

13. Persahabatan yang baik,
Lihat siapa teman2 kita karena sangat berpengaruh.

14. Inovatif dan kreatif.

15. Zuhud dan afaf, iffah menjaga diri dari meminta-minta.

Ringkasan tabligh akbar
DR. Khalid Basalamah, Lc. MA.

May 6, 2016

Memos

Adab / Akhlaq kepada Kedua Orang Tua

🔖 ADAB/AKHLAQ

📜 Bagaimana Seorang Anak Beradab dengan Orang Tuanya? (Seri 2)

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة و السلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين, أما بعد:

📢 Saudara dan Saudariku yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Artikel kali ini adalah lanjutan artikel sebelumnya yang membicarakan mengenai bagaimana beradab dengan orang tua. Risalah ini kami sarikan dari pembahasan Syaikh Musthofa Al Adawi hafizhohullah dalam kitab beliau yang sangat bermanfaat “Fiqh  At Ta’amul Ma’al Walidain“. Semoga bermanfaat.

Pada pembahasan yang lalu telah kita bahas 7 poin yaitu :
1➡ Menghormati keduanya dengan tidak memandang keduanya dengan pandangan yang tajam dan tidak meninggikan suara di hadapan mereka.

2➡ Tidak mendahulukan untuk berbicara kepada kedua orang tua.

3➡ Tidak duduk di hadapan kedua orang tua yang sedang berdiri.

4➡ Tidak mendahulukan dirinya sendiri sebelum kedua orang tua.

5➡ Meminta maaf kepada kedua orang tua.

6➡ Janganlah seorang anak membalas orang tua yang mencelanya.

7➡ Seorang anak harus betul-betul menginginkan kebaikan pada orang tuanya.

Sekarang kita lanjut poin berikutnya.
8➡ Janganlah mencela kedua orang tuamu dan janganlah menyebabkan mereka mendapatkan celaan.

Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, (beliau berkata bahwa) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ

“Sesungguhnya di antara dosa besar adalah seseorang mencela kedua orang tuanya.” Lalu ada yang berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ

“Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang bisa mencela kedua orang tuanya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ ، فَيَسُبُّ أَبَاهُ ، وَيَسُبُّ أَمَّهُ

“Seseorang mencela ayah orang lain, lalu orang lain tersebut mencela ayahnya. Dan seseorang mencela ibu orang lain, lalu orang lain tersebut mencela ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

9➡ Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya harus lebih didahulukan daripada kecintaan kepada kedua orang tua.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Salah seorang di antara kalian tidak beriman (dengan sempurna)  sampai aku lebih dicintainya dari anak dan kedua orang tuanya serta seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Juga dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ

“Tiga perkara yang seseorang akan merasakan manisnya iman :
[1] Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya,
[2] Tidaklah mencintai seseorang kecuali karena Allah,
[3] Benci untuk kembali pada kekufuran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan dalam neraka.”  (HR. Bukhari dan Muslim)

Kecintaan di sini mengkonsekuensikan seseorang untuk mendahulukan perintah Allah dan Rasul-Nya dibanding perintah kedua orang tua. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menukil perkataan Al Khoththobi, di mana beliau mengatakan, “Kecintaan yang dimaksudkan di sini adalah kecintaan ikhtiyar (kemauan sendiri) dan bukanlah cinta yang sifatnya tabi’at.”

Oleh karena itu, tidak ada ketaatan kepada kedua orang tua dan selainnya dalam melakukan kesyirikan, kemungkaran, bid’ah, kesesatan, dan maksiat. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ (151) الَّذِينَ يُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ (152)

“Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.” (QS. Asy Syu’ara [26] : 151-152)

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al Kahfi [18] : 28)

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman [31] : 15)

Sebab turunnya ayat ini adalah : Sebagaimana dikeluarkan oleh Muslim dalam kitab Shohihnya dari Mush’ab bin Sa’ad dari ayahnya (yaitu Sa’ad) bahwa beberapa ayat Al Qur’an turun padanya. Dia berkata,

حَلَفَتْ أُمُّ سَعْدٍ أَنْ لاَ تُكَلِّمَهُ أَبَدًا حَتَّى يَكْفُرَ بِدِينِهِ وَلاَ تَأْكُلَ وَلاَ تَشْرَبَ. قَالَتْ زَعَمْتَ أَنَّ اللَّهَ وَصَّاكَ بِوَالِدَيْكَ وَأَنَا أُمُّكَ وَأَنَا آمُرُكَ بِهَذَا. قَالَ مَكَثَتْ ثَلاَثًا حَتَّى غُشِىَ عَلَيْهَا مِنَ الْجَهْدِ فَقَامَ ابْنٌ لَهَا يُقَالُ لَهُ عُمَارَةُ فَسَقَاهَا فَجَعَلَتْ تَدْعُو عَلَى سَعْدٍ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِى الْقُرْآنِ هَذِهِ الآيَةَ (وَوَصَّيْنَا الإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا) (وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِى) وَفِيهَا (وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوفًا)

Ummu Sa’ad (Ibunya Sa’ad) bersumpah tidak akan mengajaknya bicara selamanya sampai dia kafir (murtad) dari agamanya, dan dia juga tidak akan makan dan minum. Ibunya mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah mewasiatkan padamu untuk berbakti pada kedua orang tuamu, dan aku adalah ibumu. Saya perintahkan padamu untuk berbuat itu (memerintahkan untuk murtad, pen)’.

Sa’ad mengatakan, “Lalu Ummu Sa’ad diam selama tiga hari kemudian jatuh pingsan karena kecapekan. Kemudian datanglah anaknya yang bernama ‘Amaroh, lantas memberi minum padanya dan mendoakan (kejelekan) pada Sa’ad. Lalu Allah menurunkan ayat,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya.” (QS. Al ‘Ankabut [29] : 8)

Dan juga ayat,

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku.” (QS. Luqman [31] : 15) yang di dalamnya terdapat firman Allah,

وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

“Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman [31] : 15). Lalu beliau menyebutkan lanjutan hadits.

10➡ Menaati kedua orang tua hanya dalam kebajikan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ

“Tidak ada ketaatan dalam melakukan maksiat. Sesungguhnya ketaatan hanya dalam melakukan kebajikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ، فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ

“Mendengar dan taat pada seorang muslim pada apa yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada mendengar dan taat.” (HR. Bukhari no. 7144)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَطِعْ أَبَاكَ مَا دَامَ حَيًّا وَلاَ تَعْصِهِ

“Tatatilah ayahmu selama dia hidup dan selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat.” (HR. Ahmad. Dikatakan oleh Syu’aib Al Arnauth bahwa sanadnya hasan)

Oleh karena itu, janganlah kita mengikuti orang tua kita dan nenek moyang kita dalam rangka bermaksiat kepada Allah. Hal ini telah dilarang dalam banyak ayat, di antaranya perkataan kaum Syu’aib kepada Nabi Syu’aib :

قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آَبَاؤُنَا أَوْ أَنْ نَفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَا نَشَاءُ

“Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami.” (QS. Hud [11] : 87)

Dan berkata pula kaum Fir’aun kepada Musa,

قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا

“Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya.”” (QS. Yunus [10] : 78)

Dan berkata pula kaum Hud kepada Nabinya,

قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آَبَاؤُنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (70) قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ أَتُجَادِلُونَنِي فِي أَسْمَاءٍ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآَبَاؤُكُمْ مَا نَزَّلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ

“Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” Ia berkata: “Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu”. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu?” (QS. Al A’raaf [7] : 70-71)

Karena sering mengikuti nenek moyang inilah sering terjerumus dalam keharaman. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آَبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji , mereka berkata: Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.” Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.” Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”(QS. Al A’raaf [7] : 28)

Adapun mengikuti nenek moyang yang berada dalam kebaikan, petunjuk dan iman, maka tidak ragu itu adalah wajib bahkan merupakan salah satu kewajiban. Allah Ta’ala berfirman,

وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آَبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ مَا كَانَ لَنَا أَنْ نُشْرِكَ بِاللَّهِ مِنْ شَيْءٍ

“Dan aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya’qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah.” (QS. Yusuf [12] : 38)

Dan berkata anak Ya’qub ketika Ya’qub berkata pada mereka,

مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

“Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.” (QS. Al Baqarah [2] : 133)

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ

“Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.” (QS. Lukman [31] : 15)

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَبَاكُمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ ، أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ

“Sesungguhnya kedua nenek moyangmu yaitu Isma’il dan Ishaq berta’awwudz (meminta perlindungan) dengannya (yaitu) ‘a’udzu bi kalimatillahi taammati min kulli syaithonin wa haammatin, wa min kulli ‘ainin laammatin. [Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan binatang berbisa dan dari setiap ‘ain yaitu pandangan hasad/jahat]”(HR. Bukhari no. 3371)

11➡ Masih menjalin hubungan dengan orang tua yang musyrik.

Kita harus tetap berinteraksi dengan kedua orang tua kita  dalam melakukan kebajikan walaupun dia adalah musyrik. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Lukman [31] : 15)

Namun ingatlah bahwa berbakti dan berbuat baik kepada orang tua yang musyrik tidak melazimkan adanya rasa cinta dan kasih sayang dalam masalah agama.

Karena Allah Ta’ala berfirman,

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya.” (QS. Al Mujadilah [58] : 22). Silakan simak artikel terkait mengenai interaksi dengan non muslim di sini.

Semoga Allah memudahkan kita jalan menuju surga disebabkan amal bakti pada orang tua. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. [Artikel Rumaysho]

👆 Ya Allah teguhkanlah kami di atas iman dan amal shalih, hidupkan kami dengan kehidupan yang baik dan sertakan diri kami bersama golongan orang-orang yang Beriman.

والله أعلم… وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

✍ Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal hafidzahullah
🔁 Repost by : Admin Grup Dakwah Permata Sunah

♻ Silahkan disebar kiriman ini, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah serta memudahkan jalan kita semua menuju Surga… Aamiin, Jazakumullahu Khairan.

📂 Mau Dapat Ilmu ? Mari bergabung bersama Permata Sunnah di :
◎ WhatsApp : 085255343898 (Wanita) - 082293083907 (Pria)
◎ Gabung di Telegram : https://goo.gl/bEkgn9
◎ Fans Page (FB) : https://m.facebook.com/Permata-Sunnah-Sidrap-484287438400133/
◎ Blog : artikel-permatasunnah.blogspot.com

May 1, 2016

Doa Istikharoh