Sep 30, 2019
Sep 14, 2019
Pola Asuh Anak
*Ajak Anak Beres-Beres di Rumah*
Novianti
Muncul beberapa kasus anak mogok sekolah. Biasanya ini terjadi pada anak dengan inisiatif yang rendah, tak tahu maunya apa, penyendiri, tidak mau bergaul dan kecanduan alat gadget. Hasil penggalian informasi, kondisi ini terkait dengan pola pengasuhan di rumah.
Pola pengasuhannya umumnya anak serba dilayani, kemandirian tidak terbangun, minim komunikasi, anak terbiasa 'yes, mom', , tidak dilibatkan dalam urusan pekerjaan rumah sehari-hari. Orang tua puas dengan hasil "pintar di sekolah". Anak tak perlu disibukkan dengan urusan rumah seperti nyapu, ngepel, cuci piring.
Inilah yang sering tidak dipahami orang tua. Mereka tidak menyadari bahwa praktek kecakapan hidup beres-beres di rumah adalah bagian penting yang harus dibangun pada anak. Hal ini terabaikan karena melihat anaknya "baik-baik saja", nilai raportnya bagus. Padahal keberhasilan akademik ini hanya pencapaian semu yang fondasi mentalnya rapuh.
Anak yang terbiasa melakukan kegiatan di rumah terlatih keterampilan motorik kasar dan halusnya, belajar mengatur waktu, lebih gesit, mandiri, lebih memiliki empati karena memahami banyak proses dan nilai bekerja, menghargai orang lain. Dan ini akan menumbuhkan rasa tanggung jawab, berdaya yang kemudian berpengaruh pada pembentukan konsep diri.
Anak yang terbiasa beres-beres di rumah belajar bahwa mereka harus melakukan pekerjaan-pekerjaan hidup meski terlihat sepele untuk menjadi bagian kehidupan. Jika tidak ada yang mau membuang sampah, menyapu dan mengepel rumah, mencuci pakaian, aktivitas seluruh anggota keluarga bisa terganggu. Satu pekerjaan terkait dengan pekerjaan lainnya, dan memberikan kontribusi bagi kelancaran sistem dalam rumah.
Banyak keterampilan penting yang dapat anak peroleh saat beres-beres. Kemampuan bekerja sama, membaca perasaan orang lain untuk menumbuhkan empati, melatih komunikasi, menajemen waktu, klasifikasi, berlatih kesabaran, menyelesaikan masalah. Dan semuanya dilakukan setiap hari.
Anak yang dilibatkan dalam beres-beres di rumah akan membentuk kemampuan arahan diri. Kemampuan ini adalah salah satu yang harus dimiliki anak menjelang akil baligh. Jadi, beres-beres adalah aktivitas yang membangun keterampilan hidup yang relevan untuk masa depan anak.
Karenanya, orang tua harus memandang makna belajar dengan kaca mata yang lebih besar agar bisa memberikan bekal yang benar benar menjadi kebutuhan anak di masa depan. Fokus pada hal prioritas dan mengabaikan yang tidak terkait dengan tujuan. Sekolah bukan satu satunya tempat belajar dan belajar tidak melulu harus terkait dengan buku. Ada pelajaran hidup yang bisa anak gali dari pengalaman keseharian.
Melihat anak dalam gambaran yang lebih utuh akan memunculkan sikap menghargai setiap kemajuan anak. Orang tua menjadi pribadi yang bersyukur dan saat itu Allah akan menambah nikmatNya.
Kapan Kita Ucapkan Kalimat مَاشَآءَاللّهُ dan سُبْحَانَ اللّه
KALIMAT مَاشَآءَاللّهُ
Kalimat Maa Syaa Alloh, ucapan lafal Maa Syaa Alloh lebih condong pada hal-hal yang baik saja, entah itu kekaguman saat melihat sesuatu atau mendoakan kebaikan (keberkahan) atas suatu kabar dan apa yang dimiliki seseorang.
KALIMAT سُبْحَانَ اللّه
Terkait dengan ucapan tasbih, apakah terlarang mengucapkannya saat melihat keburukan? Jawabnya tidak.
Seseorang tidaklah bisa dikatakan salah ketika mengucapkan tasbih saat ia melihat sesuatu yang buruk, terlebih jika hal itu untuk menunjukkan keheranan atau keterkejutan.
Referensi: https://bimbinganislam.com/kapan-ucapan-tasbih-subhanallah-diucapkan/
Muharram, Bulan Tersuci Diantara Empat Bulan Suci?
Ust, skrg kan kita lagi di bulan Muharram, syuro kata orang Jawa. Katanya ada 4 bln suci, apa benar pak Ust? Bulan apa saja y? Terus dari empat bulan itu yg paling mulia?
Syukron ust atas pencerahannya…
Jawaban:
Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam’ala Rasulillah wa ba’du.
Benar, dalam Islam ada empat bulan yang dinilai suci, setelah bulan suci Ramadhan. Keempat bulan itu, dijelaskan dalam surat At Taubah ayat 36 berikut,
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرٗا فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٞۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ وَقَٰتِلُواْ ٱلۡمُشۡرِكِينَ كَآفَّةٗ كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمۡ كَآفَّةٗۚ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ
Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzhalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.
Apa saja empat bulan suci tersebut?
[1] Dzulqo’dah
[2] Dzulhijah
[3] Muharam
[4] Rojab
Tiga bulan berurutan; Dzulqo’dah, Dzulhijah kemudian Muharam. Satu bulan terpisah, yaitu Rojab. Dan dua diantara empat bulan itu, menjadi pembuka dan penutup tahun kalender Hijriyah. Muharam sebagai bulan pembuka tahun Hijriyah, dan Dzulhijjah sebagai bulan penutup. Sehingga, satu tahun Hijriyah dibuka dengan bulan suci kemudian ditutup dengan bulan suci.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjelaskan keempat bulan ini,
إنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Sesungguhnya waktu berputar ini sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantara dua belas bulan itu, ada empat bulan suci (Syahrul Haram). Tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharam, kemudian bulan Rajab suku Mudhar; antara Jumadi tsaniah dan Syaban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Yang kemudian menjadi pertanyaan, manakah bulan paling afdhol dari keempat bulan suci itu?
Dalam kitab Lathoiful Ma’aarif, Ibnu Rajab rahimahullah menerangkan,
وقد اختلف العلماء في أي الأشهر الحرم أفضل؟ فقال الحسن وغيره: أفضلها شهر الله المحرم، ورجحه طائفة من المتأخرين، وروى وهب بن جرير عن قرة بن خالد عن الحسن، قال….
Para ulama berbeda pandangan tentang manakah antara bulan suci (asy-hurul hurum) yang paling afdhol? Al-Hasan dan yang lainnya menyimpulkan, yang paling afdhol adalah bulan Allah yang disebut Muharam. Kesimpulan ini dinilai kuat oleh sejumlah ulama yang datang setelah generasi mereka (muta-akhirin).
Wahb bin Jarir meriwayatkan dari Qurroh bin Kholid, dari Al-Hasan beliau berkata,
إن الله افتتح السنة بشهر حرام وختمها بشهر حرام، فليس شهر في السنة بعد شهر رمضان أعظم عند الله من المحرم، وكان يسمى شهر الله الأصم من شدة تحريمه،
“Sesungguhnya Allah telah membuka tahun dengan bulan yang suci dan menutupnya dengan bulan suci pula. Tidak ada satupun bulan dalam satu tahun, yang lebih afdhol di sisi Allah setelah bulan ramadhan, daripada bulan Muharram. Nabi menyebut bulan ini sebagai “Bulannya Allah” karena saking agung kesuciannya.”
Kemudian beliau menyampaikan hadis yang menjadi dalil kesimpulan ini. Yaitu hadis dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu’anhu, beliau menceritakan,
“Aku pernah bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Malam apa yang paling baik dan bulan apa yang paling utama?”
Jawaban beliau shalallahu alaihi wa sallam,
خير الليل جوفه، وأفضل الأشهر شهر الله الذي تدعونه المحرم
Malam yang paling baik adalah pertengahan malam. Dan bulan yang paling afdhol adalah bulannya Allah yang kalian sebut Muharam. (HR. Nasa-i)
Dalam hadis yang lain, Nabi shalallahu alaihi wa sallam juga bersabda,
أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم، وأفضل الصلاة بعد الفريضة صلاة الليل
Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan, adalah puasa di bulannya Allah; Muharam. Dan sholat yang paling afdhol setelah sholat wajib adalah sholat malam. (HR. Muslim, dari sahabat Abu Hurairah)
Wallahua’lam bis showab.
***
Dijawab oleh Ustadz Ahmad Anshori
(Alumni Universitas Islam Madinah, Pengajar di PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta)