Apr 27, 2018

Rahasia Awal Kekayaan Ustman bin Affan RA

*Pelajaran Bisnis Ustman Bin Affan* Ustman bin Affan Ra adalah Khalifah III sepeninggal Nabi Muhammad Saw. Ustman bin Affan adalah seorang ahli property, pedagang dan ekonom. Beliau diangkat sebagai Khalifah oleh Majelis Syuro ketika itu. Bakat kepemimpinannya telah terlatih karena beliau berpengalaman memimpin usaha dagang dan ternak. Beliau juga seorang pengusaha besar waktu itu. Meskipun kaya raya, beliau hidup sangat sederhana dan dermawan, sehingga beliau dijuluki Bapak Zuhud.

Ingin tahu seberapa kaya raya dan sangat dermawannya Ustman?

Pada masa Khalifah Abuba Bakar Ra berkuasa, Kota Madinah dilanda kekeringan dan diambang bencana. Orang-orang mengadukannya kepada Khalifah. Jawaban Abu Bakar Ra, “Pergilah dan bersabarlah. Aku berharap sebelum tiba malam hari Allah Swt akan meringankan kesulitan kalian.”

Pada petang harinya, dari Negeri Syam ada sebuah kafilah dengan 1.000 unta mengangkut gandum, minyak dan kismis, yaitu kafilah Ustman. Tidak lama kemudian, para pedagang datang menemui Ustman dengan maksud ingin membeli barang-barang itu, tapi Ustman tidak menjuanya. Ustman berkata, “Aku menjadikan Allah sebagai saksi bahwa semua yang dibawa kafilah ini adalah sedekah karena Allah, untuk fakir miskin dari kaum muslimin.”

Saat itu juga, Ustman membag-bagiikan seluruh makanan yang dibawa unta-untanya kepada setiap fakir dan miskin. Mereka semua mendapat bagian yang cukup untuk keperluan keluarganya masing-masing dalam jangka waktu yang lama.

Kemudian ketika menghadapi Perang Tabuk dimana kaum muslimin memerlukan pendanaan yang luar biasa, Ustman kembali menunjukkan sifat mulianya. Beliau menyumbangkan sedikitnya 900 ekor unta lengkap dengan peralatan perangnya, 100 ekor kuda perang, 200 kantong emas dan uang tunai 1.000 dirham. Sungguh jumlah yang fantastis dan membuat Rasulullah Saw kagum sehingga berujar,“Sungguh tidak ada lagi yang akan membahayakan Ustman setelah hari ini.”

Warisan kekayaannya sungguh luar biasa. Aset yang dimiliki senilai 151.000 plus 1.000 dirham. Memiliki property sepanjang ‘Aris dan Khaibar. Juga memliki beberapa sumur oasis senilai 200.000 dinar atau Rp 240 milyar.

Ada pelajaran bisnis berharga, bagaimana Ustman mendapatkan kekayaan dari salah satu sumber keuangannya. Waktu itu, Kota Madinah dilanda paceklik sehingga kesulitan mendapatkan air bersih. Satu-satunya yang tersisa adalah sumur milik seorang Yahudi yang bernama sumur Raumah. Kaum muslimin dan penduduk Madinah harus antre dan membeli air bersih itu dari si Yahudi.

Nabi kemudian menghimbau agar ada dari kaum muslimin yang bisa membebaskan sumur itu dan menyumbangkannya untuk ummat agar mendapatkan surga Allah Swt.

Ustman bin Affan Ra tergerak hatinya dan menemui Yahudi pemilik sumur Raumah. Namun, meski Ustman memberikah penwaran harga tertinggi, si Yahudi tidak mau menjualnya. Dia bilang, “Seandainya sumur ini aku jual kepadamu wahai Ustman, maka aku tidak bisa mendapatkan penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari.”

 Karena ingin sekali mendapatkan pahala berupa surga Allah, Ustman tidak kehilangan akal mengatasi penolakan Yahudi itu. “Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu?”jurusnya dalam melancarkan negosiasi.

“Maksudmu?” tanya Yahudi keheranan.

 “ Begini, jika engkau setuju, kita memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu. Lusa menjadi milikku lagi. Begitu seterusnya berganti-ganti setiap hari. Bagaimana?” Jelas Ustman.

Yahudi itu pun berpikir cepat, “Aku mendapatkan uang besar dari Ustman tanpa kehilangan sumur milikku.” Akhirnya dia menerima tawaran Ustman.

Hari pertama itu disepakati sumur milik Ustman. Beliau mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur Raumah. Mereka dipersilakan mengambil air secara gratis seraya mengingatkan agar mereka mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari karena esoknya sumur itu akan menjadi Yahudi lagi.

Keesokan harinya, si Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli karena penduduk masih memiliki persediaan air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Ustman dan berkata, “Wahai Ustman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin.” Ustman setuju lalu dibelinya dengan harga 20.000 dirham. Maka sumur itupun menjadi milik Ustman sepenuhnya.

Ustman lalu mewakafkan sumur Raumah. Sejak itu, sumur Raumah bisa dimanfaatkan oleh siapa pun termasuk si Yahudi, pemilik lamanya.

Beberapa waktu kemudian, tumbuhlah pohon kurma disekitar sumur. Jumlahnya terus bertambah dan dipelihara oleh Bani Ustmaniyah. Lalu disusul pemeliharannya oleh pemerintah Saudi hingga berjumlah 1.550 pohon.

Selanjutnya, Departemen Pertanian Pemerintah Saudi menjual hasil kebun kurma ini ke pasar-pasar. Setengah dari keuntungan disalurkan untuk anak-anak yatim dan miskin. Setengahnya lagi disimpan dalam bentuk rekening di salah satu bank atas nama Ustman bin Affan sampai sekarang.

Waktu terus berjalan hingga uang di bank itu cukup untuk membeli sebidang tanah dan membangun hotel yang cukup besar di lokasi strategis dekat Masjid Nabawi. Bangunannya kini pada tahap penyelesaian dan akan dioperasikan sebagai Hotel Bintang 5. Diperkirakan omzetnya sekitar RS 50 juta per tahun. Setengah keuntungannya untuk anak yatim dan fakir miskin, dan setengahnya lagi kembali dimasukkan ke rekening Ustman di bank.

Hal ini benar-benar menjadi bukti bahwa kalau berdagang mengharap ridha Allah Swt akan selalu menguntungkan. Tidak akan pernah merugi. Ini salah satu bentuk sedekah jariyah yang pahalanya terus mengalir walaupun orangnya sudah lama meninggal.

Referensi, 10 Kunci Rezeki Ala Sahabat Rasulullah,Fauziah Rachmawati, PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2015.

No comments:

Post a Comment